Selasa, 15 Juli 2014

TEKNOLOGI KONVERSI BATUBARA


Teknologi Konversi batubara telah banyak dikembangkan dengan diadakannya penelitian penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kegunaan batubara tersebut jika dikonversikan kedalam bentuk lain, seperti ke dalam bentuk gas melalui proses Gasifikasi atau ke bentuk Liquid melalui proses Liquifaksi.
A.    Gasifikasi Batubara

Gasifikasi adalah proses konversi bahan bakar padat menjadi gas melalui reaksi dengan satu atau campuran reaktan udara, oksigen, uap air, karbon dioksida. Proses Gasifikasi bertujuan untuk menghasilkan produk gas yang sesuai dengan penggunaannya baik sebagai sumber energi atau sebagai bahan baku industri kimia
Proses gasifikasi batubara merupakan proses konversi secara kimia dari batubara yang berbentuk partikel atau Padatan menjadi gas yang bernilai bakar atau combustible. Pada dasarnya gasifikasi batubara adalah reaksi oksidasi parsial dari batubara dengan oksigen atau udara. Proses gasifikasi dilakukan dalam suatu reaktor yang disebut dengan gasifier. Combustible gas yang dapat dihasilkan dari proses gasifikasi adalah CO, H2, CH4 dan sebagainya. Gas produk gasifikasi ini dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, bahan baku proses sintesa atau bahan kimia lainnya.
Berbagai macam proses telah digunakan untuk mengubah bahan bakar fosil menjadi gas untuk mendapatkan tipe gas yang cocok untuk pengaplikasian yang dibutuhkan. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, kebutuhan yang berbeda dari sebelumnya telah muncul, dan pengembangan penelitian telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Subjek dari pengembangan penelitian itu meliputi : (1) pengendalian lingkungan (pengembangan dari proses yang bisa membuang kotoran dengan mudah, termasuk pengendalian CO2), Penghematan energi (pengembangan dari proses yang memberikan konversi energi yang sangat efektif), dan (3) diversifikasi sumber bahan mentah (gasifikasi bahan mentah yang belum pernah digunakan sebelumnya)
Teknologi gasifikasi yang digunakan untuk konversi batubara menjadi bahan bakar gas dikenal dengan nama gasifier. Beberapa teknik yang biasa digunakan untuk proses gasifikasi adalah:
  1. Fixed bed gasification atau gasifikasi batubara secara unggun diam.
  2. Fluidized bed gasification atau gasifikasi batubara terfluidisasi
  3. Entrained bed gasification atau gasifikasi batubara tersembur.
Dari ketiga teknik tersebut, yang paling sederhana dan murah untuk aplikasi sebagai bahan bakar adalah proses gasifikasi dengan metoda fixed bed gasification.
Pada proses gasifikasi akan dihasilkan abu (ash removal) yang merupakan kotoran dari batubara. Abu ini dapat dikeluarkan secara langsung pada operasi temperatur rendah (non-slagging gasifier) sebagai dry ash atau dikeluarkan pada operasi slagging gasifier pada temparatur tinggi, sebagai liquid ash dengan viskositas rendah.
Gasifikasi  dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut gasifier. Secara skematik gasifier untuk batubara tipe updraft dapat dilihat pada gambar di bawah. Unit Gasifier ini dilengkapi dengan steam drum yang menghasilkan uap air.
Batubara dimasukan dari bagian atas, dan bergerak ke bawah secara gravity. Reaktan oksigen dalam udara dan uap air ditiup dari bagian bawah reaktor. Reaktan berserta gas hasil reaksi lainnya akan bergerak ke bagian atas gasifier.
1. Batubara secara gravity masuk ke dalam tungku/gasifier dari bagian atas. pengumpanan menggunakan feeder otomatis.
2. Udara dan steam dimasukkan dari bagian bawah tungku yang dilengkapi dengan pengatur laju pengumpanan.
3. Steam dan udara panas bergerak dari bagian bawah tungku  melewati tumpukan batubara yang bergerak dari bagian atas.
4. Terjadi reaksi  antara batubara  yang bergerak ke bawah dengan udara dan  steam yang bergerak ke arah atas sesuai dengan lokasi dan temperaturnya.

Proses gasifikasi umumnya menggunakan 20 sampai 40 persen oksigen dari nilai stoikiometri proses pembakaran sempurna. Jadi proses pembakarannya akan mengikuti reaksi berikut:
C (arang) + (0,2 – 0,4) O2 (udara) –> (0,4 – 0,8) CO (gas) + (0,2 – 0,6) C (arang)
Reaksi ini menghasilkan karbon tersisa. Sisa karbon ini dapat direaksikan dengan uap air. Secara stoikimetrik prosesnya akan memenuhi reaksi berikut:
C (arang) + H2O (uap air) –> CO (gas) + H2 (gas)
Reaksi sisa karbon dengan uap air ini dapat menghasilkan gas karbon monoksida dan gas hidrogen. Gas hidrogen merupakan gas yang memiliki nilai pembakaran.
Namun demikian, uap air yang ditambahkan dapat pula berreaksi dengan gas hasil proses reaksi sebelumnya. Uap air dapat berreaksi dengan gas karbon dioksida menghasilkan gas karbon monoksida dan gas hidrogen sesuai reaksi stoikiometrik berikut:
CO2 + H2O –> CO + H2
Reaksi ini biasa disebut dengan shift reaction atau reaksi geser. Reaksi yang dapat menggeser karbon dioksida dan uap air menjadi gas karbon monoksida dan hidrogen.
Selain dengan uap air, karbon sisa dapat juga berreaksi dengan gas karbon dioksida sesuai reaksi stoikiometrik berikut:
C (arang) + CO2 –>  2CO
Pada Reaksi ini, karbon dikonversi oleh gas CO2 menjadi  gas yang memiliki nilai mampu bakar yaitu gas CO.
Ada beberapa teknologi pengembangan dan pemanfaatan gasifikasi batubara yang dilakukan oleh Jepang yang bisa dijadikan pembelajaran untuk memahami tentang gasifikasi batubara ini.
1.      Teknologi Pembangkit Listrik Gasifikasi Fluidized Bed

Ini adalah bagian dari sunshine project yang ditujukan untuk pengembangan sebuah teknologi untuk gasifikasi batubara kalori rendah untuk pembangkit listrik, yag mana mempunyai efisiensi panas yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit listrik konvensional pulverized coal thermal. Inti dari pengembangan penelitian ini meliputi gasifikasi dan proses sistem kering pemurnian gas maupun test elemen turbin gas. Di laboraorium penelitian Yubari di Hokaido, sebuah sistem pilot plant yang berbasis 40 t/d sistem gasifikasi dan mempunyai sistem desulfurisasi gas sebesar 4500 Nm3/h. Sebuah sistem pembuangan abu, dan test elemen turbin gas sebesar 3700 Nm3/h mulai berjalan setelah melewati gasifikasi PDU sebesar 5 t/d.
Gasifikasi ini adalah merupakan 2 tahapan dari tipe fluidized bed dengan tekanan 20 atm. Dengan sistem ini, batubara dihancurkan dan dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran bagian atas dan tergasifikasi oleh gas panas dari bagian bawah tungku. Udaradimasukkan ke bagian atas tungku dan gas yang telah terbentuk  tadi dibawa keluar dari tungku setelah panas tergantikan. Butiran butiran kasar arang yang tak terreaksi dikumpukan oleh pipa overflow L dan butiran halus dikumpulkan oleh sebuah cyclone. Butiran butiran tersebut dimasukkan kedalam tungku bagian bawah, dimana mereka dibakar lebih lanjut dan digasifikasi oleh udara dan uap kemudian dibawa ke bagian atas tungku melalui cyclone intermediet. Abu abunya dibuang dari pipa overflow tungku bagian bawah dan cyclone intermediet dan juga dari bagian dasar tungku jika diperlukan.
Dengan sistem desulfurisasi, gas yang terbentuk dimasukkan melalui bagian dasar dari kolom absorbsi fluidized bed untuk membuat senyawa sulfur bereaksi dengan senyawa besi oksida dan mengeluarkannya dalam bentuk besi sulfida. Besi sulfida dikirim ke kolom pembaruan fluidized bed, dimana senyawa ini dibakar dan dikembalikan ke bentuk besi oksida yang mana diresirkulasi dan digunakan kembali.
Sistem pembuangan debu atau abu terdiri dari dua kolom pengumpul debu yang mempunyai panel filter didalamnya yang terdiri dari sebuah looper untuk bagian depannya dan sebuah kabel yang berhubungan untuk permukaan belakangnya. Sebuah saringan sedang diturunkan kebawah dalam laju tetap. Debu yang terkandung dalam gas dibuang, karena gas mengalir melewati saringan medium, disebabkan oleh efek sinergis dari penyaringan dari laminasi penyaring dan lapisan debu yang dibentuk dalam penyaring medium. Penyaring medium yang terpasang didalam panel terresirkulasi untuk digunakan kembali setelah debu dibuang oleh pemisah debu yang terdiri dari saringan goyang (vibrating screen).
Test elemen sistem turbin gas terdiri dari tiga alat test untuk pembakan, material, dan deposit. Pada setiap alat, pengukuran pembakaran bersuhu tinggi dari gas yang terbentuk. Pemillihan material yang cocok untuk turbin gas dan alat yang sama, dan penelitian dari pengaruh kotoran di pembakar gas di bilah turbin dilakukan menggunakan tekanan normal, skala penuh pembakar utama. Menggunakan sistem pilot plant yang dijelaskan tadi, penelitian dan pengembangan proyek tahap pertama telah diselesaikan, mencapai hasilnya pada periode dari 1974 sampai 1987.

2.      Teknologi Pembangkit Listrik Gasifikasi Batubara Entrained Bed

Teknologi ini dikembangkan untuk memperoleh efisiensi tenaga yang tinggi dalam keseluruhan sistem pembangkit listrik dengan gasifikasi batubara. Batubara bereaksi oksigen didalam udara dalam sebuah entrained bed pada temperatur yag tinggi dan tekanan yang tinggi dalam sebuah sistem, dan tenaga listrik dihasilkan menggunakan turbin 1300°C dengan efisiensi tinggi dan turbin uap yag sedang dikembangkan untuk batubara kalori rendah.
Sebuah sistem pilot plant untuk gasifikasi batubara untuk pembangkit listrik telah dibangun di Kota Iwaki. Di prefektur Fukushima, dan peneliannya sudah dijalankan sejak 1991.

3.      Pembangkit Listrik Tenaga Berbahan bakar Batubara MHD
 Di tengah-tengah kekhawatiran pemasangan tentang masalah lingkungan global, perkembangan zaman energi menyimpan tehnology adalah sangat diminati. dalam keadaan ini, MHD (Magnetofluid Mechaniecs) kekuasaan generasi, sistem pembangkit listrik baru yang dapat oparate di bawah suhu yang lebih tinggi daripada turbin gas dan dapat digunakan dengan pembakaran batu bara, telah datang ke dalam pusat perhatian baru saja. dengan MHD pembangkit listrik, Kapan operasi cairan yang memiliki konduktivitas listrik mengalir ke Medan magnet yang kuat yang dibentuk oleh Super melakukan magnet, kekuatan gaya gerak listrik diinduksikan ke arah tegak lurus baik aliran dan Medan magnet, dan arus listrik dibebankan ke beban eksternal melalui elektroda. Akibatnya, energi panas yang operatingfluid langsung diubah menjadi tenaga listrik.
     Ada dua jenis pembangkit listrik MHD: terbuka-siklus MHD pembangkit listrik (OCMHD), di mana gas pembakaran bahan bakar fosil secara langsung dibuat ke dalam cairan Penghangat Ruangan: dan ditutup-siklus MHD (CCMHD), di mana gas yang encer (argon atau helium) dipanaskan dengan panas tinggi yang Diperoleh dari bahan bakar fosil atau bahan bakar nuklir yang digunakan seperti pada operasi cairan.
     Dengan OCMHD, untuk menanamkan konduktivitas listrik yang sesuai untuk gas pembakaran yang akan digunakan sebagai cairan operasi, kalium senyawa yang disebut sead yang memungkinkan disosiasi elektrolitik mudah dalam jumlah yang sesuai dengan 1% dari combustiongas volume ditambahkan. untuk mendapatkan konduktivitas listrik yang diperlukan oleh elektrolitik disosiasi keseimbangan panas, suhu tinggi pembakaran gas sekitar 3.000 k dibentuk oleh preheating pembakaran gas atau memperkaya hidrogen dan gas ini mengarah ke MHD daya generator. gas pembakaran yang mengalir keluar dari dan pemanas uap dalam boiler. di Jepang, badan industri ilmu pengetahuan dan teknologi memulai sebuah proyek besar-besaran pada tahun 1966, yang kemudian diserahkan kepada proyek moonlight. penelitian perkembangan dari MHD ini dilakukan oleh sebuah kelompok yang terhubung dengan teknologi elektronik umum research institute. setelah penelitian perkembangan, yang berlanjut musuh sekitar 20 tahun, target 200 jam terus-menerus minyak tanah pembakaran pada 100 kW itu dicapai. dalam meatime, namun, kesulitan mengembangkan tinggi-suhu air preheater telah menjadi dikenal dan sistem yang menggunakan bahan bakar bersih seperti minyak dan gas alam memiliki difficulity bersaing dengan turbin gas dikombinasikan siklus pembangkit listrik. Akibatnya, target pembangunan bergeser ke langsung pembakaran batubara dan riset fundamental yang sudah berlangsung sejak tahun 1983. termasuk power ditambahkan batubara generasi percobaan, batubara combustor pengembangan, pencegahan katoda pendek-circuliting oleh terak batubara, dan pengembangan bahan dinding untuk MHD generator, selesai pada tahun 1988. di negara-negara di luar Jepang, termasuk Amerika Serikat, Rusia dan India, penelitian perkembangan intensif dari OCMHD batubara terus dan untuk saat ini. realisasi pembakaran batubara termal pembangkit listrik memiliki efisiensi generasi sekitar 48% dilaporkan adalah target.
Gas encer yang keluar dari generator didinginkan melalui membuang-buang tepat proses pemulihan panas bertekanan oleh kompresor dan dikembalikan ke pemanas encer gas lagi. Jepang tokyo insitute teknologi dasar yang diakui secara internasional untuk penelitian perkembangan dan telah menyusun sistem generasi termal listrik memiliki efisiensi tinggi generasi sekitar 55% menggunakan gas alam atau batu bara sebagai sumber panas dan eksperimental menunjukkan bahwa perfomance generasi lebih tinggi daripada OCMHD. Akun ini, itu telah menarik minat pemasangan kalangan industri lingkaran perusahaan-perusahaan listrik andelectric dalam beberapa tahun terakhir.
4.      Industry Teknologi Hydrogen Dengan Batubara

          hal ini ditujukan merancang teknologi  gasifikasi perlapisan batubara untuk mendapatkan hydrogen yang akan membuat oksigen bereaksi dengan pulverized coal dan gas berkalori menengah yg ada di karbon monoksida, dan ini disebut sebagai HYCOL proses.  sejak reaksi samping dari proses ini bisa mengubah sifat carbon oksida dan karbon dioksida, hydrogen murni dapat didapatkan dengan memecah dan memurnikan nya di dalam tingkatan selanjutnya dari reaksi. hydrogen dapat dimanfaatkan dalam  pengilangan minyak dan industi kimia, dan juga pda liquidfaksi batubara. selain itu, industry gas yang menghasilkan karbon monoksida  diharapkan dapat digunakan untuk banyak hal, termasuk sintesis bahan mentah dan industry bahan bakar.
HYCOL memiliki beberapa bentukan:
1.   Dengan karakteristik satu ruangan, tahap pertama menahan pembakaran gasifikasi dengan dry feed system. untuk menjadi beton, abu pembakaran batu bara yg ditekan dengan lock hopper  birubah dengan tungku pembakaran dari 4 alat pembakar yg digunakan pada tiap tahap kedua. oksigen untuk bagian atas dan bawah dapat di control terpisah. pengaturan ini membuat suhu pembakaran yg tinggi lebih efektif dan gasifikasi dengan hasil yg banyak.
2 .  Teknologi lapisan sendiri telah dikembangkan yg dirancang untuk memperpanjang umur dinding  tungku pembakaran dengan membuat lapisan campuran dari ampas yg homogeny dari permukaan dinding tunggu pembakaran dengan pendinginan aair pada dinding tungku di perapian gasifikasi dan menyatukan gas tersebut dengan aliran yg berputar-putar
3.   Pendistribusi  aliran gas tersebut telah dikembangkan dan diadopsi sebagai disain teknologi dalam pendistribusian batubara secara mudah dan hasil pembakaran yg seragam.
4.   Kadar abu pada pelelehan batubara dalam perapian gasifikasi dan turun melalui lubang pembuangan dalam  perapian di pagian terbawah dari perapian gasifikasi aliran berputar di tungku membentuk pembagian tekanan di radical direction dari perapian. karena dari fenomena ini, lubang-lubang selain dari lubang sisa yang dibuat untuk mengalirkan gas bersuhu tinggi untuk mengalir melalui lapisan perapian. sebagai hasilny, suhu dari lubang pembuangan terjaga dan ampas dapat keluar secara halus.
5.   Yang tidak bereaksi, terbakar dari tungku gasifiasi yang meliputi gas yang terolah kembali menjadi perapian pada suhu dan tekanan yang tinggi setelah terpisah dari kumpulan gas dan lainnya.
6.   Abu pada cadangan batubara sebagai sisa tanpa kandungan bahan beracun. Hal ini bersamaan dengan kandungan Sulfur dan Nitrogen sebagai H2S dan NH3 yang mengakibatkan pengurangan dampak ke atmosfer.
Pada kejadiannya, abu jatuhan pada batubara dan minyak berat yang termudah untuk gasifikasi. Untuk menyeimbangkan proses tersebut, dibangunlah pusat pengembangan di Sodegaura, provinsi Chiba, dan penelitian telah dimulai sejak 1991. Hal ini membuatnya mendapatkanfasilitas terbaik. NEDO pemimpin dari asosiasi HYCOI, yang mencakup 9 perusahaan pribadi, dengan pengembangan penelitian menuju pusat pengembangan dan di waktu yang sama perusahaan ini memimpin 5 anak perusahaan dengan focus penelitian pada tungku dan material gasifikasi.

5.        Gasifikasi Hybrid (campuran)
 
          Teknologi ini bertujuan memproduksi gas berkalori tinggi dengan kisaran kalori 5000 k kal/Nm3
Dengan membuat oksigen dan uap air bereaksi dengan campuran bubur batubara dengan minyak berat. Gas yang dihasilkan dapat digunakan untuk industry bahan bakar gas dan untuk bahan bakar pengganti sebagai natural gas (SNG) selain metan. Teknologi Hybrid dapat di uraikan sebagai berikut :
1.   Bubur batubara dibuat dengan material mentah yang mengandung 30% batubara dari total berat dan minyak berat, meliputi minyak bekas yang dicampurkan dengan tujuan meningkatkan proses pembakaran pada system yang disebut hydrohoist.
2.   Hal ini secara sederhana termasuk tipe dari gasifikasi fluida, yang meliputi bagian oksidasi pada bagian terbawah dari lapisan cairan tersebut dan pemusatan panas pada bagian atas.
3.   Oksigen dan hydrogen adalah bahan baku dalam oksidasi utama dari panel penyebaran, dan arang akan menjadi gas pada tempratur yang berkisar 900’C. Abu lalu diekstrak sebagai dry ash dari bagian pusat. Selain itu campuran tersebut disebarkan ke dalam bagian penguraian panas di saat suhu terlalu rendah.
4.   Gas diproduksi pada tungku gasifikasi saat pendinginan. Material yang digunakan adalah pasir silica sebagai fluida menengah, yang memiliki kemampuan untuk menghalangi gas agar tidak tertahan oleh tar.
Dalam tujuan untuk penyempurnaan teknologi tersebut,  digunakan perawatan bubur campuran dengan kapasitas 12 ton/hari yang dibuat di kota Iwaki, provinsi Fukhusima dan penelitian telah dilakuan sejak 1982 sampai 1985.
Hal berikut data hasil penelitian :
1.   Formasi penyebaran fluida melalui metode pembakaran bubur campuran ke dalam pembakaran meningkatkan tingkat uap, yang termasuk dalam gas aktif.
2.   Meningkatakan efektifitas dari tungku gasifikasi dengan membuat suhu lebih tinggi dibandingkan metode oksigen-hidrogen, yang mencegah abu dari meleleh dan menumpuk.
3.   Mencegah masalah kokas pada saluran produksi gas.
pendinginan gas lebih efisien 70% lebih tinggi dari target dan 500 jam beroprasi secra berkelanjutan yang telah dibuktikan.

6.       Teknologi Hidrogasifikasi Batubara

Teknologi ini diciptakan untuk gas yang kaya akan metan, BTX, dan lainnya, yang membuat batubara bereaksih sangat cepat dengan hydrogen. Tipe dari pereaksi telah berganti dari tipe fluidized termasuk HYGAS. Gabungan dari entrained bed dan fluidized bed dikenal sebagai HYDRANE dimana prosesnya juga telah dipelajari.
Tipikal dari system yang menggunakan entrained bed reactor adalah rockwall system. Dalam system sirkulasi dan hubungan antar reaksi 2 sistem menggunakan hydrogen sebagai medium. Semuanya dapat dikelompokkan dalam kategori hypygrolysis, dan semua dari PDU system telah dikembangkan/ Dalam bagian ini, entrained bed system dapat diuraikan sebagai berikut :
1.   Rock wall corp. dari Amerika mengaplikasikan hal ini dalam teknologi mesin roket menjadi gasifikasi batubara. Untuk membuat rockwall FHP proses. Teknologi ini dibuat untuk pabrik pembuatan metan, yang akan menjadi SNG, BTX dan lainnya. Dengan mereaksikan hydrogen yang sangat panas pada saat pembakaran oleh oksigen dengan batubara halusdalam waktu yang sangat singkat. Dalam pengembangan system ini, kemajuan proses FHP telah dipelajari untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri untuk hydrogen dari perubahan uap. Di saat yang sama memungkinkan hidrogasifikasi dnegan menambahkan uap kedalam reaksi gas, malah dari produksi dan pemasukan hydrogen emlalui sebagian pembakaran dari arang. NEDO dan 6 anak perusahaanny ikut serta dalam pengembangan di priode 1984 sampai 1986. Sejak 1986, Tokyo Gas terus mempelajari proses ini.
2.   Osaka Gas dan British Gas melakukan pengembangan dari reactor damam sejak 1986 untuk memanfaatkan panas dari sirkulasi gasdalam reaksi batubara dan hydrogen dengan memasang sebuah pipa di dalam reactor  dan membuat aliran sirkulasi gas disekitar inner pipe. Batubara adalah bahan baku seperti batubara halus dalam Rock Wall method.
3.   Bantuan dari Badan Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Industri, Industri Kimia Ashasi diikutkan dalam pengembangan dari proses mendapatkan BTX dan etanol  dalam kurn waktu 1980 sampai 1984. Proses ini berkarakteristik melalui transisimetal salt dengan batubara dan membuatnya menjadi katalis, dan mengadopsi system reaksi dari penjelasan hydrogen dalam 2 tahap.

7.      Pengembangan Gasifikasi Batubara

Gasifier batu bara telah mampu dioperasikan pada proses pengeringan teh, tetapi operasionalnya masih dengan sistem batch (berkala) dan tidak bisa secara kontinu. Sedang sistem pengumpan batu bara sudah mampu dilakukan secara kontinu, tetapi abu batu bara tidak bisa dikeluarkan secara kontinu, dan menumpuk di bagian bawah reaktor hingga menggangu proses gasifikasi. Penelitian bertujuan untuk penyempurnaan gasifier batu bara dengan membuat dan memasang sistem pengeluaran abu yang kontinu, agar pengumpanan batu bara dapat dilakukan secara terus menerus tanpa menghentikan kegiatan operasi, serta memasang sistem kontrol aliran udara sehingga alur proses gasifikasi dapat diamati.
Metodologi meliputi: modifikasi sistem pengeluaran abu untuk kemudian memasang alat kontrol laju alir udara dan melakukan uji coba gasifikasi batu bara untuk mengamati kemampuan reaktor dalam operasi pada sistem kontinu melalui pengontrol laju alir udara dan untuk mengkaji laju reaksi. Hasil analisis pengukuran diameter, batu bara dibedakan menjadi dua fraksi yaitu -4,0+2,5cm dan -2,5+0,9cm. Dari pengukuran temperatur operasi selama percobaan tanpa penyulut awal memperlihatkan pada waktu ID-fan di nyalakan, bara api yang masih tersisa kembali menyala dan menghasilkan panas serta memicu batu bara didekatnya terbakar. Karena jumlah batu bara yang ada dalam gasifier jauh lebih besar dibanding jumlah udara yang masuk, maka terjadilah gasifikasi. Pengamatan selama percobaan menunjukkan bahwa tanpa penyalaan awal dan tanpa pembongkaran sisa proses sebelumnya, batu bara dalam gasifier cepat terbakar dan gas yang dihasilkan terbakar dengan sendiri. Dari percobaan memperlihatkan bahwa pengeluaran abu sistem double valve dapat dioperasikan dengan baik dan abu batu bara dapat dikeluarkan dari reaktor tanpa mengganggu proses gasifikasi. Alat kontrol laju alir udara primer berupa oriface dan manometer (pipa U) dapat digunakan untuk mengontrol dan mengamati proses gasifikasi.


B.     Likuifaksi Batubara

Jika batubara, yang solid. Dikonversi ke dalam cairan dengan membuatnya bereaksi dengan hidrogen pada suhu tinggi dan tekanan tinggi. Penanganan masalah trasportasi meluding (dk tau arti “meluding) dan penyimpanan akan dipecahkan. Pada saat yang sama, hal ini akan mengakibatkan pembuatan energi bersih melalui desulphurization. Akibatnya, batubara cair dapat digunakan dalam hampir semua sektor pasar produk minyak bumi yang hadir.
Proses pencairan Batubara secara luas dapat digolongkan ke dalam proses pencairan tidak langsung dan proses pencairan langsung. Proses-proses yang telah dikembangkan di Jepang, USA dan Jerman adalah semua proses pencairan langsung. Di sisi lain, proses pencairan tidak langsung telah diadopsi pada tanaman yang praktis beroperasi di Afrika Selatan.
Proses pencairan tidak langsung (Fischer-Tropsch sintesis proses) dirancang untuk membuat batubara menjadi gas dan menghasilkan gas sintetik yang terdiri dari CO dan H2, dan untuk mensintesis fase cair hidrokarbon menggunakan gas sintetis tersebut sebagai bahan baku. Umumnya , batubara memiliki struktur tiga dimensi yang badan satuannya terdiri dari cincin terkondensasi aromatik sebagai basa yang melekat pada rantai samping alifatik dan gugus fungsional oksigen , dihubungkan oleh - rantai CH2 -  jembatan O  . Jumlah cincin terkondensasi aromatik bervariasi dengan tingkat karbonisasi , dan lebih dari 10 untuk antrasit memiliki tingkat karbonisasi tinggi .
        Dengan proses pencairan langsung, pertama-tama  batubara dilumat (dihancurkan) dan bubur dibuat dengan mencampurkan batubara ini dengan sebuah pelarut. Bubur diberikan tekanan yang dimasukkan ke dalam sebuah reaktor bersama-sama dengan hidrokarbon oleh pompa. Bubur diberi tekanan sebanyak 100 ~ 300 atm di reaksi vassel, kemudian dipanaskan sampai sekitar 400 ~ 480 •c.  disini batubara terpotong karena terkena dekomposisi karena suhu di bagian jembatan memiliki kekuatan ikatan yang tinggi , dan direduksi menjadi molekul kecil lalu menjadi reaksi intermediete dari fragmen kecil yang memiliki radikal bebas .Ketika jumlah hidrogen yang cukup  diberikan ke dalam sistem reaksi, radikal bebas  menjadi stabil dengan hidrogen dan menjadi matrial cair. Kemudian, produk disuling menjadi berbagai sulingan dan dibuat menjadi produk minyak. Berbagai macam proses dapat dipertimbangkan menurut material mentah batubara, metode untuk menambahkan hidrogen batubara, dan cara menambahkan katalis. Di Jepang, dua jenis proses masing-masing menggunakan batubara coklat dan batubara bituminus memiliki sifat yang berbeda sebagai bahan baku batubara yg sedang dalam pengembangan.
        Negara-negara yang paling aktif  sedang membuat teknologi pencairan batubara adalah Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman, Inggris dan Republik Afrika Selatan. Di Amerika Serikat , Teluk Corp , telah menyelesaikan pengoperasian 30 t / d sistem pilot plant yang mempekerjakan proses SRC - II , dan exxon corp , telah menyelesaikan pengoperasian 250 t / d sistem pilot plant yang mempekerjakan proses EDS . Ashland corp , telah menyelesaikan pengoperasian 250 t / d sistem pilot plant mempekerjakan proses H - COAL . Di Amerika Serikat, tahap penelitian sistem pilot plant telah selesai, dan waktu yang tepat untuk aplikasi praktis telah menunggu sementara penelitian dasar terus berlanjut. Perusahaan Jerman telah menyelesaikan penelitian pengoperasian 200 t / d pilot plant dengan versi perbaikan dari proses IG , yang dikembangkan terutama oleh Ruhrkohle Grubh dan lain-lain selama perang dunia 2 . Di Inggris , perusahaan sedang melakukan penelitian pengoperasian 2,5 t / tanaman d , dan SASOL di Afrika Selatan adalah menjalankan 18.000 bbl / pabrik komersial  dengan proses pencairan tidak langsung , satu-satunya contoh di dunia.
        Setelah krisis minyak yang pertama pada tahun 1973, pemerintah Jepang memulai proyek sinar matahari pada 1974 untuk mengembangkan subsitutes minyak. Sebagai bagian dari proyek ini, penelitian perkembangan dimulai pada teknologi pencairan batubara. Pada tahun 1980, NEDO didirikan, dan dua proyek, pengembangan teknologi pencairan batubara bituminus (150 t/d pilotplant ) dan teknologi pencairan batubara coklat (50 t/d pilot plant) dimulai. NEDO melaksanakan pengembangan teknis yang bertujuan membangun teknologi proses dan meningkatkan efisiensi ekonomi dan terpercaya (anda). Pada waktu yang sama, pengembangan teknis, pengujian dan penyelidikan mengenai upgrade (perbaikan) pencairan minyak, keselamatan lingkungan pencairan  minyak dan bahan-bahan baru sedang diperiksa sebagai dasar umum untuk semua teknologi ini (Lihat gambar 8-12).
        Skala planr komersial pencairan batubara yang dipertimbangkan saat ini adalah sekitar 30.000 t/d (kering batubara). Diperkirakan bahwa produksi tentang 100.000 ~ 110.000 bbl/d muka pada skala ini. Kapasitas pencairan ini sesuai dengan kapasitas rata-rata per kilang minyak di industri penyulingan minyak. Pada tahap awal minyak cair, akan digunakan dengan sekitar 15 ~ 20% dari Konvensi produk minyak bumi dicampur di dalamnya. Akibatnya, kerjasama dengan industri minyak ini dipertimbangkan. Selain itu, sejak LPG, fenol, sulfur, dan amonia dapat diperoleh dalam jumlah cukup besar, bekerja sama dengan industri kimia juga harus dipertimbangkan.
Berikut ini adalah beberapa teknologi yang dikembangkan di bidang likuifaksi batubara :

1.      Pencairan Batubara Bituminus

Untuk mengembangkan teknologi pencairan batubara bituminus hingga tahun 1983, termasuk proses ekstraksi pelarut, dan proses solvolysis disatukan dan konsep proses NEDOL dibentuk sebagai proses baru pencairan batubara bituminus. Di masa lalu, penelitian telah dilakukan sekitar sistem skala kecil, tapi setelah 1986. Desain dan konstruksi proses t/d 1 unit (PSU) pendukung dimulai pada kota kimitsu , Prefektur chiba. dan penelitian operasi dimulai pada tahun 1988. Untuk suatu pabrik perintis (150 t/d), detail desain selesai pada tahun 1990 dan konstruksi pabrik percontohan (pilot plant) mulai tahun 1991 di kashima-machi, Prefektur ibaragi. Proses NEDOL memiliki fitur berikut:
·         Dengan tidak ada jenis batubara ditentukan untuk digunakan, jenis batubara dari batubara sub-bituminous kelas rendah tingkat rendah batubara bituminus dapat digunakan. Proses mengoptimalkan setiap jenis batubara tanpa perubahan dalam konsep proses.
·         Rasio hasil minyak cair adalah 54% dari berat atau lebih tinggi dalam hal medium dan lampu minyak (berdasarkan pada mouisture-ash-free).
·         standar pencairan kondisi bereaksi pada  suhu 450 ° c dan tekanan dari 170 kg/cm2G. Katalis yang sangat aktif dan murah digunakan dan untuk pemisahan padat-cair, distilasi pengurangan tekanan sistem yang memungkinkan berskala mudah digunakan.
·         Sebuah Pelarut  hidrogen recilculating yang memungkinkan kontrol mudah sifat pelarut digunakan untuk meningkatkan rasio hasil minyak cair dan positif kontrol kualitas pelarut, seperti dengan mencegah fenomena kokas pada tungku preheating
        Dalam proses NEDOL, untuk bubur (slurry) terdiri dari campuran salah satu bagian dari batubara dan 1,5 bagian pelarut ditambahkan 3% ferrous katalis. Hal ini dipanaskan sampai sekitar 400 ° c di tungku pra pemanasan Setelah itu, reaksi pencairan diizinkan terjadi dalam  suspensi tidur (suspension bed)  foaming jenis reaksi kolom di bawah kondisi standar suhu: 450 ° c: tekanan: 170 kg/cm2G: wakturetensi bubur : 1 hr. Batubara diubah menjadi minyak cair oleh reaksi hydrogen gas dan pelarut. Setelah melalui pemisah gas-cair, kolom distilasi tekanan normal, dan kolom distilasi vacum, minyak cair dipisahkan menjadi NAFTA, menengah minyak, minyak berat dan residu. Distilat minyak Menengah dan minyak berat dipindahkan ke dalam fix bed jenis hydrogen reaksi kolom diisi dengan katalis Ni-Mo. Dalam kolom reaksi ini, sulingan diubah menjadi cahaya disillat di bawah kondisi suhu 320 ° c dan tekanan 100 kg/cm2G dan itu akan beredar dalam sistem sebagai pelarut. Dalam reaksi disebutkan di atas 54% berat (630 lit/t) berfungsi sebagai target pemulihan modulus cair minyak batubara.
Penelitian mengenai teknologi pencairan (Likuifaksi) batubara jenis bituminus telah memasuki sekitar  1 t/d PSU untuk memperoleh prinsip dan proses operasi pabrik percontohan (pilot plant) pada berbagai jenis batubara.  Kedepannya, pembangunan pabrik percontohan ini akan selesai  pada tahun 1995, dan pada 1995-1997 operasi  dan penelitian menggunakan perangkat kecil sebagai penunjang penelitian
Walaupun kegiatan ini bergantung pada permintaan dan penawaran minyak, di awal abad ke 21, batubara cair dapat menjadi solusi tingginya harga minyak bumi. hal ini perlu agar teknologi pencairan  batubara  dapat selesai pada 2000 – 2005 dan untuk meningkatkan kualitasnya sehingga dapat diperkenalkan di pasaran.  dalam penunjang penelitian

2.      Likuifaksi Brown Coal

Proyek ini dimulai sebagai bagian dari proyek  MITI Sunshine yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses likuifaksi brown coal victoria di daerah Victoria, Australia, yang memiliki deposit brown coal yang luas.
Pembangunan Pabriknya dimulai pada November 1981 di Kota Morwell yang berdekatan dengan  dengan tambang batubara Latrobe Valley ( cadangan tertambang : 33 miliyar ton) sekitar 150km dari Melbourne, pusat Victoria. Pembangunan sistem Hydrogenation utama sebagai tahap kerja pertama selesai pada 1985, dan batubara pertama dimasukan ke pabrik pada November.  Sistem Hydrogenation tambahan , sebagai kerja tahap kedua selesai pada Desember 1986.
Tes untuk menguji kedua sistem Hydrogenation tersebut dilakukan pada tahun 1987. Pada Agustus 1988, dilakukan sebuah pengoperasi an selama 1700 jam secara terus menerus. Hasilnya, diperoleh kestabilan pada semua sistem.  Setelah itu, dilakukan berbagai pengujian untuk meningkatkan rasio dari Likuifaksi. Pengoperasian secara umum dilakukan dengan tujuan teknologi operasi mencapai efektif. semua operasi telah selesai pada oktober 1990 dengan total 10500 jam pengoperasian. Pembongkaran Pabrik dilakukan setelah selesai  penelitian operasi pada April 1992. Susunan hasil penelitian , mencakup berbagai data yang didapat dari pabrik telah selsesai sejak 1993.
Kapasitas pengolahan batubara dari 50 t/d (berdasarkan kelembaban abu batubara) dan kapasitas produksi dari 150 bbl/d minyak, pabrik ini dapat digolongkan menjadi proses pretreatment, proses pemanasan, proses hidrogenasi utama, dan proses hidrogenasi tambahan.
Proses Pretreatment terdiri dari bagian penghancuran brown coal, pengairan / pengeringan dan peleburan.  Peleburan terdiri dari percampuran brown coal kering and 2,5 bagian dari pelarut yang terbuat dari penambahan katalisator besi. Pada proses Hidrogenasi utama, hidrogen ditiup pada kondisi temperatur 430-450 C dan tekanan 150 – 200 Kg / Cm2G agar terjadi reaksi Likuifaksi.  Hasil ini akan dimasukan kedalam alat destilasi untuk didestilasi menjadi nafta dan minyak.
Didalam Alat Destilasi ini berisi material padat yang dikenakan pemisahan cair-padat dalam proses  pendinginan pelarut. Cairan hasil destilasi ini lalu dikirim ke proses hidrogenasi tambahan ( Secondary Hydrogenation) sampai material padat terbuang.  Reaktor tipe Fix Bed di sistem hidrogenasi  terisi oleh katalis Ni dan Mo sehingga reaktornya mencapai suhu 360 – 400 oC dan tekanan 150 – 200 Kg/cm2G. Kemudian didestilasi lagi sampai tigas kali. Sekitar tiga Barel minyak batubara bisa dibuat dari satu ton brown coal.
Hasil dari operasi Pada pabrik, tertdapat 5 target yang dicapai
1.       hasil rasio liquified oil 50% atau lebih besar
2.       operasi berkelanjutan selama 1000 jam atau lebih lama
3.       Daashing performance : 1000 ppm atau lebih kurang
4.       pengembangan katalisator hidrogenasi tambahan fixed bed yang tahan lama
5.       Pengembangan proses dewatering terbaru yang ekonomis


























DAFTAR PUSTAKA